Kamis, 31 Januari 2013

LITOSFER DAN PEDOSFER PART 2


Sumber gempa di dalam bumi disebut dengan Hiposentrum. Dari hiposentrum ini di teruskan ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang dalam sekali, dan ada yang dangkal. Di Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari 500 km, contohnya di bawah laut Flores ± 720 km.
Pusat gempa pada permukaan kulit bumi di atas hiposentrum disebut denganEpisentrum. Kerusakan yang terbesar terdapat di sekitar episentrum.
Daerah2 yang mengalami gempa dapat dibuat peta. Pada peta tersebut ada beberapa macam garis,yaitu :
  1. Homoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang pada saat yang sama mengalami getaran gempa.
  2. Isoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang dilalui oleh gempa yang sama intensitasnya.
  3. Pleistoseiste, yaitu garis yang menggelilingi daerah yang mendapat kerusakan terhebat dari gempa bumi.
Gempa bumi merambat melalui 3 macam getaran, yaitu :
  1. Getaran Longitudinal (Merapat Merenggang).
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi, kecepatan getarannnya sangat cepat, hingga mencapai 7 sampai 14 km per jam. Getaran ini datangnya paling awal da merupakan getaran pendahuluan yang pertama, itulah sebabnya disebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
2. Getaran Transversal (Naik-Turun)
Getaran ini asalnya juga dari hiposentrum dan bergerak juga melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4 sampai 7 km per jam. Getaran ini datang setelah getaran longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua yang disebut getaran sekunder.
3. Getaran Gelombang Panjang.
Getaran ini asalnya dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8 sampai 3,9 km per jam. Getaran ini datangnya paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran ini yang menimbulkan kerusakan.
KLASIFIKASI GEMPA
Kita dapat membedakan macam2 gempa bumi berdasarkan :
  1. Hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa yaitu :
  • Gempa Dalam, jika hiposentrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya terletak antara 100-300 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Dangkal, jika hiposntrumnya terletak dari 100 km di bawah permukaan bumi.
2. Atas dasar bentuk episentrumnya, dibedakan :
  • Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik karena bentuknya bisa berupa daerah patahan.
  • Gempa Sentral, jika episentrumya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau gempa runtuhan.
3. Atas dasar letak episentrum gempa, dibedakan atas :
  • Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut.
  • Gempa Daratan, jika episentrumnya di daratan.
4. Atas dasar jarak episentral, gempa dibedakan atas :
  • Gempa Setempat, jika jarak tempat gempa terasa sampai ke episentralnya kurang dari 10.000 km.
  • Gempa Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa berjarak sekitar 10.000 km
  • Gempa Sangat Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 km.
5. Atas dasar peristiwa yang menyebabkan gempa, dapat dibedakan atas :
  • Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya dislokasi atau karena gerakan lempeng. Gempa inilah yang dapat berakibat parah, terutama jika jarak hiposentrumnya dangkal.
  • Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada saat dan sesudah peristiwa letusan gunung api.
  • Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhya bagian atas litosfer, karena bagian sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di daerah kapur.
  • Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya gempa yang terjadi akibat ledakan dinamit yg di gunakan untuk membuat gua/lubang untuk kegunaan penggalian atau pertambangan.
 Untuk menentukan letak episentrum caranya sebagai berikut :
  1. Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf. Cara ini dengan menggunakan 3 seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atu seismograf horizontal yang berarah utara dan selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat.
  2. Dengan menggunakan 3 tempat yang terletak satu homoseiste. Cara ini dengan menggunakan seismograf di 3 tempat yang merasakan getaran gempa pada saat yang sama. Pertama-tama kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena 3 seismograf maka didapat 2 garis. Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga episentrum terletak pada pertemuan dua garis sumbu.
  3. Dengan menggunakan 3 tempat yang mencatat jarak episentrum. Untuk menentukan jarak episentrum digunakan rumus Laska :
∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 km
∆ = delta = jarak episentrum
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam satuan menit.
1′ = satu menit.
 Contoh :
Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”. berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari daerah Z ?
Jawab :
{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 km
= ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 km = 3.500 km.
Sekarang misalnya letak episentrum dari 3 tempat, yaitu Z = 3.500 km, Y= 5.250 km, dan X = 3.750 km.
Maka cara membuatnya :
  1. Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25 cm, X = 3,75 cm.
  2. Buat lingkaran sesuai jari2 Z,Y,X.
  3. Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum).
  4. Dengan menggunakan lingkaran isoseiste. Dari laporan secara visual dapat dibuat tanda2 pada peta yang kemudian dapat ditentukan beberapa isoseiste di daerah bencana gempa. Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar kea rah dalam, dapat ditentukan tempat episentrum.
 3. Tektonisme
Tektonisme adalah perubahan/pergeseran letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau vertikal. Jadi yang dimaksud dengan gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi :
  1. Gerak Epirogenetik, adalalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas. Ada dua macam gerak epirogenetik,  yaitu :
a)       Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik.
b)       Epirogenetk Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun.
2. Gerak Orogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih cepat dan meliputi daerah yang tidak begitu luas. Gerak ini disebut juga gerakan pembentuk pegunungan. Bentuk gerakan orogenetik dapat dibedakan menjadi :
a)       Wraping (Pelengkungan)
Pada muka bumi yang terdapat bentukan jenis ini, dataran akan melengkung ke atas sehingga terbentuk suatu kubah atau yang disebut  juga dengan Dome. Hal ini disebabkan gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah, khususnya di daerah yang berbatuan sedimen. Selain kubah, ada juga yang mengarah ke bawah hingga membentuk cekungan atau basin, diameternya dapat mencapai beberapa mil.
b)       Folding (Pelipatan)
Pelipatan akan terjadi apabila struktur batuan pada suatu daerah menderita suatu tekanan yang lemah. Namun, berlangsung lama dan belum melampaui titik patah batuan sehingga hanya membentuk lipatan. Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan antiklin, sedangkan lembahnya disebut dengan sinklin.
c)        Jointing (Retakan).
Retakan pada muka bumi terbentuk karena adanya pengaruh gaya regangan yang mengarah ke dua arah yang berlawanan pada muka bumi sehingga terjadi retakan2, tetapi masih bersambung.
Retakan biasanya terjadi pada batuan yang rapuh sehingga tenaga yang kecil saja sudah dapat membuat muka bumi retak2. Pada umumnya retakan ini ditemukan pada puncak antiklinal, yang disebut tektonik joint.
d)     Faulting (Patahan).
Jika folding atau pelipatan membentuk muka bumi dalam waktu yang berlangsung lama maka faulting atau patahan terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat. Batuan tidak hanya mengalami retakan, juga mengalami displacementatau sudah terpisah satu dengan lainnnya.
Pada umumnya, daerah sepanjang patahan merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi. Patahan dapat menyebabkan turunnya bagian kulit bumi atau yang disebut dengan graben, atau yang sering disebut juga dengan slenk.
Selain menyebabkan turunnya bagian kulit bumi, patahan juga dapat menyebabkan naiknya kulit bumi. Hal ini terjadi apabila bagian diantara dua patahan mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dari daerah sekitarnya, atau yang biasa disebut dengan horst.
Prinsip-Prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer
Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer yang bersifat cair (plastis). Menurut para ahli geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak disana-sini sehingga terpecah-pecah membentuk suatu kepingan yang disebut lempeng litosfer dan bergerak akibat adanya arus konveksi di asthenosfer. Jadi, tanah yang kita injak sebetulnya bergerak rata2 sejauh 1 – 10 cm per tahun. Dengan adanya gerakan tersebut maka lempeng litosfer saling berdesakan dan bertumbukan, maka timbul prinsip2 pergeseran lempeng litosfer, yaitu :
  1. Lempeng litosfer saling bertumbukan (divergensi) dimana salah satunya sampai menyusup di bawah lempeng litosfer lainnya.
  2. Lempeng litosfer saling berpapasan, yang membentuk sesar mendatar.
  3. Lempeng litosfer saling memisah (konvergensi), yang membentuk punggungan di tengah samudera.

B. Tenaga Eksogen
adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain berasal dari hujan, panas matahari, angin, aliran air, dan luncuran gletser serta makhluk hidup. Tenaga eksogen dapat mengubah bentuk permukaan bumi menjadi berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen ini bersifat merusak. Artinya menyebabkan terjadinya kikiksan atau erosi, pelapukan, dan pengangkutan material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan bentuk sisa (residual) dan bentuk endapan (depositional). Tenaga eksogen dapat di bagi menjadi :
  1. Weathering (Pelapukan).
Pelapukan adalah segala perubahan dalam batuan karena pengaruh keadaan cuaca (misalnya air, suhu). Adanya perbedaan temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar pengaruhnya terhadap batu2an.
Macam2 jenis pelapukan antara lain :
1)       Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik).
Pelapukan mekanik merupakan pelapukan batuan yang tidak disertai dengan perubahan susunan kimia, seperti batuan yang besar pecah dan berubah menjadi semakin kecil, selanjutnya sampai halus, tetapi susunan kimianya sama dengan batuan induknya. Sebab2 pelapukan mekanis antara lain :
  • Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan perubahan suhu.
  • Pembekuan.
  • Pengerjaan garam.
  • Daya erosi
  • Gelombang laut yang memukul pantai.
2)       Pelapukan Kimia
Pelapukan kimi merupakan pelapukan batuan melalui proses kimia yang disertai dengan perubahan susunan zat dari mineral batuan induknya. Contohnya : hancurnya batuan karena larutan batuan kapur yang dicampur oleh air hujan yang banyak mengandung CO2.
3)       Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh oraganisme2 (tumbuh2an, hewan, dan manusia). Manusia dapat merusak ekosistem yang lebih besar lagi, tetapi dapat juga memelihara ekosistem yang sudah rusak dan memperbaharui lagi. Pelapukan organis sebagian masuk pelapukan fisik dan sebagian masuk pelapukan kimia.
Pelapukan bioligis dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
  • Pelapukan biologis fisik, misalnya tekanan akar, merayapnya cacing, dan sebagainya.
  • Pelapukan biologis kimia, misalnya pelapukan bunga tanah (humus), pengerjaan jasad2 hidup pada batuan, yaitu dengan jalan mengeluarkan zat2 tertentu.
2.  Erosi (Pengikisan).
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda2 seperti air, es, angin, dan gelombang arus.
Macam2 jenis erosi, yaitu :
1)       Erosi Air
Air yang mengangkut batu2an yang hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih besar. Peristiwa gesekan pada erosi air tergantung pada : kecepatan gerak, daya angkut air, dan keaadan permukaan.
2)       Abrasi, adalah pengikisan batuan yang disebabkan oleh pengerjaan air laut. Besar  kecilnya gelombang atau kecepatan angin, dapat menimbulkan perubahan bentuk di sepanjang pantai disebut abrasi platform.
3)       Gletser, yaitu pegikisan yang disebabkan oleh pengerjaan es . pengikisan oleh es disebut juga glacial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang tinggi sering terdapat salju abadi atau es. Es bergerak turun melalui lereng dan mengikis dasar lereng gunung serta mendorongnya ke lembah.
4)       Korasi, yaitu pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan angin.
 Erosi yang disebabkan oleh tenaga air, misalnya :
1)       Erosi percikan, yaitu erosi yang disebabkan  oleh tetesan air hujan yang memecahkan butir-butir tanah.
2)       Erosi lembar, yaitu pengikisan dan pengangkutan lapisan tanah permukaan, yang disebabkan oleh aliran air di permukaan tanah.
3)       Erosi Alur, yaitu pengikisan lapisan tanah yang sudah membentuk alur-alur dengan lebar < 40 cm dan kedalaman < 25 cm.
4)       Erosi Parit, yaitu pengikisan lapisan tanah yang mebentuk alur-alur yang lebih besar,sehingga sering disebut parit m ukuran lebar > 40 cm dan kedalaman > 25 cm. Erosi tebing sungai, yaitu  aliran air  sungai mengikis tebing sungai.
3.  Sedimentasi (Pengendapan)
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi dipermukaan bumi, baik di daratan yang rata maupun di lereng2 bukit, pegunungan atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-macam kekuatan. Daerah yang terkena pelapukan maupun yang menerima hasil pelapukan menghasilkan struktur morfologi yang berbeda-beda.
Bentukan2 dalam proses pengendapan/sedimentasi di daerah pantai antara lain :
1)       Pesisir (Beach).
Adalah pantai yang terdiri atas endapan pasir sebagai hasil erosi.
2)       Dune
Adalah bukit pasir di daerah pedalaman yang terjadi sebagai akibat hembusan angin di daerah pasir yang luas.
3)       Spit dan Bar.
Spit adalah material pasir sebagai proses pengendapan yang terdapat di muka teluk, berbentuk memanjang, dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan. Sedangkan ujung lain terdapat di laut. Bar adalah punggungan pasir dan kerikil yang diendapkan tepat diseberang teluk. Bila bar ini menghubungkan dua pulau disebut tambolo.
4)       Delta.
Adalah bentukan dari proses pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran sungai di daerah pantai. Dalam proses sedimentasi/pengendapan ini akan menghasilkan batuan sedimentasi. Batuan sedimen juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tenaga alam yang mengangkut dan tempat sedimen.
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya ada empat macam sedimen yaitu :
  1. Sedimen Akuatis : pengendapan oleh air
  2. Sedimen Aeris (Aeolis) : pengendapan oleh angin
  3. Sedimen Glasial : pengendapan oleh es
  4. Sedimen Marine : pengendapan oleh air laut.
 Berdasarkan tempatnya ada 5 macam sedimen, yaitu :
  1. Teristris : pengendapan di darat
  2. Sedimen Fluvial : pengendapan di sungai
  3. Sedimen Limnis : pengendapan di rawa2 atau danau
  4. Sedimen Marine : pengendapan di laut
  5. Sedimen Glasial : pengendapan di daerah es.
 4.  Pengangkutan Material (Mass Wasting).
Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.
1)       Jenis pergerakan pelan (lambat).
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
a)       Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah menuruni lereng.
b)       Rayapan halus. Yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.
c)        Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
d)       Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.
e)       Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di dalam saluran tertentu.
2)       Jenis pergerakan cepat.
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut :
a)       Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.
b)       Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat.
c)        Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
3)       Longsor lahan (landslide).
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi menjadi :
a)       Luncur. Yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
b)       Lonsor puing. Yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang.
c)        Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.
d)       Lonsor batu. Yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran.
e)       Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam,
4)       Amblesan (subsidensi).
Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di daerah massa yang ambles.
 5.  Denudasi.
Adalah proses yang mengakibatkan perendahan relief daratan akibat longsor, pengerjaan manusia dan lain sebagainya. 

1 komentar: